Nama/NRP/Kelas: Muhammad Ikhsan Wicaksono/F34130004/Q.03.1
Nama Dosen:
TUGAS PENGANTAR KEWIRAUSAHAAN
IMPIAN-IMPIAN DAN MIMPI
Judul: Perjalanan Mencari Impian dan Harapan.
Aku mengakui, bahwasanya aku tidak memiliki harapan apapun, harapan-harapanku datang, lalu pergi begitu saja meninggalkan aku tanpa sedikitpun jejak langkah untuk ku ikuti. Aku juga termasuk salah satu dari beberapa orang hopeless yang selalu benci ketika ditanya tentang harapan dan cita-cita. Hidupku selalu memakai prinsip permainan catur, aku hanya melangkah ketika lingkungan dan kondisi membuatku harus melangkah, maka dari sana aku memikirkan cara yang efektif dan efisien agar langkah yang ku lakukan tidak sia-sia dan bermanfaat untuk “bidak-bidak” lainnya.
Dan secara “terpaksa” aku menuliskan beberapa impian yang lewat dalam secarik kertas. Hal yang pertama kutulis sebagai title adalah “Aku tidak ingin menuliskan impian-impian dan harapan dalam secarik kertas yang putih ini, aku ingin menuliskan impian-impianku langsung ke duniaku yang hitam”. Sedikit tersenyum, aku duduk dan memikirkan apa yang harus kulakukan setelah ini. Yah mungkin dengan mengerjakan beberapa hobi, harapan-harapan yang hilang itu mungkin datang. Seperti biasa, ketika hati mulai senja dan syahdu, aku menuangkan isi hati dalam bentuk puisi, mungkin terlalu tinggi apabila disebut puisi, karena apabila puisi menonjolkan estetika kata-kata, maka tulisan yang aku buat lebih cenderung ke isi hati yang tidak bisa diceritakan ke orang lain.
Penulis, yah mungkin “Penulis” lah kata pertama yang aku tuliskan dalam secarik kertas harapan tadi. Bukan merupakan sebuah job pun tidak masalah, aku hanya ingin tulisanku (mungkin lebih pantas disebut isi hatiku) dibaca orang lain dan setidaknya bermanfaat walau hanya sedikit. Berbicara tentang job aku juga tidak tau kemana arus nasib membawaku, apakah berwirausaha? Mungkin, atau
bekerja di suatu perusahaan? Yah mungkin saja. Atau bisa jadi aku bekerja selampangan, jadi freelance dalam diagram pengalaman kerjaku.
Kata-kata “kemungkinan” terus menghujam fikiranku ibarat hujan bom di Syria. Adalah benar bahwasanya Allah SWT adalah Dzat yang maha membolak-balikkan hati. Poin kedua dalam kertas harapan tadi masih kosong, poin yang seharusnya kuiisi dengan job yang akan kulakoni masih setia menanti kebimbangan hati untuk bicara. Mungkin belum bisa kuisi sekarang, pola fikir bisa saja berubah seiring bertambahnya ilmu dan usia, aku masih ingat ketika kecil aku terus bermimpi untuk menjadi Superman atau Batman. Kalau kufikirkan sekarang mungkin memang mustahil. Tapi hanyalah orang bodoh yang mengkomplain imajinasi seorang anak-anak dengan dunianya yang serba bisa.
Seperti analogi permainan catur tadi, aku tidak mungkin bisa menang dan melangkah apabila tidak ada bidak lain yang menyokongku. Yup, teman, aku butuh banyak teman untuk dapat mengalahkan Raja Kebimbangan, sang belenggu hati. Aku butuh banyak teman untuk dapat bergerak dari putih ke hitam ataupun sebaliknya. Aku butuh banyak teman untuk membantu mencari harapan dan impian yang hilang. Poin ketiga dari kertas harapan kuisi dengan “Teman”. Karena dengan temanlah aku meniti setiap batu-batu pijakan agar tidak terjatuh kedalam jurang kesepian.
Sekilas pandanganku bergeser ke bingkai foto keluarga. Foto dua orang Malaikat dan beberapa orang disana. Ya, dua malaikat yang selalu bersinar bahkan ketika gelap menjadi teman. Ayah Bundaku, pengukir masa-masa kecil yang terpahat indah dihati. Mentari yang selalu melantunkan nada-nada simfoni doa untukku. Ksatria yang setiap harinya bermandikan peluh hanya untuk melihatku tumbuh besar dan bahagia. Ayah, bunda, jikalau lautan emas kubayar atas doa dan kasih sayang yang kalian berikan, sangatlah jauh dari kata cukup. Dengan air yang sedikit membasahi pelupuk mata, poin ke empat dari kertas
harapan kuisi dengan “Ayah Bundaku”. Aku tidak tau harus melakukan apa untuk poin ini, mungkin sebuah senyuman dan rasa bangga dari mereka bisa jadi kado terindah yang dapat kuberikan sebagai ganti kasih sayang dan doa-doa di sepertiga malam mereka. Sedikit menghibur diri, aku menyanyikan lagu yang selalu kunyanyikan ketika mengingat kedua orang tuaku.
Dan bila aku berdiri
Tegar, sampai hari ini
Bukan karna kuat dan hebatku
Semua karena Ayah
Semua karena Bunda
Tak mampu diriku dapat berdiri tegar
Terima kasih cinta
Lelah menelusuri jiwa, aku menghirup sedikit udara segar yang datang melalui celah-celah jendela. Pandanganku jauh menembus batas-batas langit, melewati rentetan gunung dan lembah. Rasa penasaran akan luasnya dunia membuatku berkelana di ufuk-ufuk imajinasi. “Ke luar negeri” mungkin jadi destinasi yang tidak terlalu muluk-muluk untuk kutuliskan dalam poin ke-lima. Menapaki setiap langkah di bumi Allah dan menyaksikan keagungan-keagungan-Nya. Aku jadi teringat dengan poster Hagia Sophia yang terpampang di kamarku di rumah. Kalau Allah mengizinkan aku untuk mewujudkan destinasi ke lima, mungkin negara Turki adalah pilihan pertama, tanah yang menjadi saksi bisu napak tilas jihad nya sang singa Allah, Salahuddin Al-Ayubbi.
......
Esoknya, setelah bergelut dengan kuliah di hari kamis, aku kembali berhadapan dengan kertas harapan, namun dengan kondisi yang lebih rileks karena beberapa harapan yang hilang bisa ditemukan. Poin ke-6 aku isi dengan “Menjadi mahasiswa yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar”. Aku tidak ingin timeline 4 tahun menjadi mahasiswa kuisi dengan begitu-begitu saja, aku ingin eksistensiku bermanfaat bagi orang lain walau hanya sebentar. Ibarat sebuah lilin yang setia menerangi didalam kelam walau dirinya sendiri harus merasakan pedihnya terbakar.
Poin ke-7 hampir sama dengan poin ke-6. “Akan mendirikan yayasan pendidikan kerja industri kecil bagi ibu rumah tangga, anak jalanan dan terlantar”. Aku ingin memberikan pendidikan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah, sehingga mereka kelak dapat mandiri untuk menemukan kehidupan yang lebih mapan dan lebih baik. Secara tidak langsung, poin ke-2 tentang pekerjaan yang akan kulakoni kelak dapat terjawab. Ya, aku ingin menjadi “Wirausahawan yang dapat mengayomi tenaga masyarakat menengah ke bawah”. Aku tidak peduli apabila penghasilan yang aku dapat hanya sedikit, yang penting aku bisa menjadi setetes cahaya dalam malam yang kelam. Walau apa yang aku berikan kecil, tapi manfaatnya untuk orang lain itu haruslah luar biasa.
“Ingin namaku tetap dikenang dan disebutkan bahkan ketika aku tidak lagi ada di dunia”. Apa yang aku tuliskan dalam poin ke-8 mungkin terkesan agak rancu dan mistis, tapi memang begitulah keadaannya. Aku sudah cukup bosan membaca buku-buku sejarah dan autobiografi para tokoh. Aku ingin dunia membaca autobiografiku, aku ingin masyarakat bahkan dunia selalu mengingat bahwa Muhammad Ikhsan Wicaksono pernah ada dan pernah mengubah dunia ini.
Pada poin ke-9 aku menuliskan “Ingin membantu orang lain mewujudkan mimpi-mimpinya”. Aku selalu senang apabila orang lain bahagia dan aku juga ada dalam kebahagiaan itu. Khususnya untuk adik-adikku, aku ingin terus mengenggam tangan-tangan kecil mereka yang didalamnya terdapat harapan-harapan besar. Aku ingin membantu mereka melangkah, menuntun dalam meniti setiap benang-benang kehidupan.
Poin ke-10 harusnya dapat diisi dengan finishing yang berkesan dan dapat memotivasi untuk menjalankan impian-impian lainnya, langsung saja, poin ke-10 kutuliskan “Dapat menjalankan impian-impian yang kutuliskan di kertas ini. Impossible is nothing. Just do it :)”
Aku tersenyum puas, Just do it. Semuanya mungkin terlihat susah namun apabila dijalani dengan niat dan senyum impossible is nothing. Aku kembali memandangi kertas harapan yang aku buat.
Aku tidak ingin menuliskan impian-impian dan harapan dalam secarik kertas yang putih ini, aku ingin menuliskan impian-impianku langsung ke duniaku yang hitam
1. Aku ingin apa yang aku tulis dibaca orang lain dan bermanfaat bagi mereka walau hanya sedikit.
2. Aku ingin menjadi wirausahawan yang mengayomi masyarakat menengah ke bawah.
3. Menjalin banyak hubungan link dan pertemanan.
4. Melukiskan senyum dan rasa bangga untuk Ayah Bunda.
5. Menapaki bumi Allah, ke luar negeri.
6. Menjadi mahasiswa yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
7. Mendirikan yayasan pendidikan kerja industri kecil bagi ibu rumah tangga, anak jalanan dan terlantar.
8. Ingin namaku tetap dikenang dan disebutkan bahkan ketika aku tidak lagi ada di dunia.
9. Ingin membantu orang lain mewujudkan mimpi-mimpinya.
10. Dapat menjalankan impian-impian yang kutuliskan di kertas ini. Impossible is nothing. Just do it :).
Aku tidak pernah merasa sepuas ini, kertas harapan yang tadinya kosong kini telah di lukiskan dengan tinta-tinta penuntun masa depan. Aku membuka pintu kamar, dan mulai melepaskan satu langkah kaki untuk berlari jutaan langkah mengejar mimpi-mimpi yang aku tuliskan. Sukses itu direncanakan. Sukses itu direncanakan.
Thursday, September 19, 2013
DARI ANAKMU
Ibu, ketika aku terbangun dalam malamku
Bolehkah aku menangis dan membangunkanmu lagi?
Ibu, ketika seseorang menjahiliku
Masih bolehkah aku bersembunyi dibelakangmu?
Ibu, ketika sedih dan masalah jadi temanku
Izinkanlah lagi telinga ini mendengar nasehatmu
Ibu, ketika aku mengenal seorang gadis
Bolehkah aku berbagi cintaku untuknya?
Ibu, taukah kau?
Aku tak ingin tumbuh dewasa
Karena tak bisa lagi aku menangis dalam pelukmu
Karena tak bisa lagi aku tidur dalam buaian mu
Dan ibu,
Jikalau kamarku nanti adalah tanah yang kering
Dalam kegelapan kamarku
Masih bisakah aku rasakan hangatmu?
Masih bisakah ku lihat cahaya kasihmu?
Bolehkah aku menangis dan membangunkanmu lagi?
Ibu, ketika seseorang menjahiliku
Masih bolehkah aku bersembunyi dibelakangmu?
Ibu, ketika sedih dan masalah jadi temanku
Izinkanlah lagi telinga ini mendengar nasehatmu
Ibu, ketika aku mengenal seorang gadis
Bolehkah aku berbagi cintaku untuknya?
Ibu, taukah kau?
Aku tak ingin tumbuh dewasa
Karena tak bisa lagi aku menangis dalam pelukmu
Karena tak bisa lagi aku tidur dalam buaian mu
Dan ibu,
Jikalau kamarku nanti adalah tanah yang kering
Dalam kegelapan kamarku
Masih bisakah aku rasakan hangatmu?
Masih bisakah ku lihat cahaya kasihmu?
ADIK SUMATERA
Rantauan jarak untukmu, adikku
Yang tertidur diranjang hangat disana
Dalam pelukan ayah, dalam belaian ibu
Kutitipkan rindu lewat rembulan, sang panorama surga
Ingin aku ada disana, adikku, adikku
menemani perjalanan mimpimu dengan doa
Membelai rambutmu, membisikkan sejuta kata manja
Kemudian biarkan aku ada di sisimu adikku, menemanimu
hingga surya menyambut tawamu kembali
Ingin aku ada disana, adikku, adikku
Menggenggam tangan kecilmu, tangan kecil dengan harapan harapan besar
Kemudian biarkan aku menemani langkahmu adikku
Biarkan aku ada dalam tawamu
Biarkan aku ada dalam sedihmu
Rantauan jarak untukmu, adikku
Yang tertidur diranjang hangat disana
Dalam pelukan ayah, dalam belaian ibu
Yang tertidur diranjang hangat disana
Dalam pelukan ayah, dalam belaian ibu
Kutitipkan rindu lewat rembulan, sang panorama surga
Ingin aku ada disana, adikku, adikku
menemani perjalanan mimpimu dengan doa
Membelai rambutmu, membisikkan sejuta kata manja
Kemudian biarkan aku ada di sisimu adikku, menemanimu
hingga surya menyambut tawamu kembali
Ingin aku ada disana, adikku, adikku
Menggenggam tangan kecilmu, tangan kecil dengan harapan harapan besar
Kemudian biarkan aku menemani langkahmu adikku
Biarkan aku ada dalam tawamu
Biarkan aku ada dalam sedihmu
Rantauan jarak untukmu, adikku
Yang tertidur diranjang hangat disana
Dalam pelukan ayah, dalam belaian ibu
Subscribe to:
Posts (Atom)